Taman Ujung ‘istana air’, dengan penunjukan lengkap dan resmi dari Taman Sukasada Ujung, terletak di desa Seraya di Kabupaten Karangasem. Ini adalah situs saudara perempuan Tirta Gangga, juga dibangun oleh almarhum raja Karangasem. Komplek ini terdiri dari berbagai kolam besar dan struktur bersejarah dengan latar belakang Gunung Agung dan garis pantai timur.
Situs ini mengalami kehancuran dekat dengan hujan abu panas setelah letusan Gunung Agung dekatnya pada tahun 1963, dan juga mengalami gempa bumi pada tahun 1979. Upaya restorasi selama beberapa dekade membuat jalan menuju kemegahannya saat ini, dan terus menarik bagi penduduk setempat dan pengunjung.
Kompleks ini merupakan perpaduan dari arsitektur Bali dan Eropa pada tiga kolam besar yang terhubung dengan jembatan dan jalur panjang yang elegan. Fitur fisik dan latar belakang pegunungan yang luar biasa ke utara, dan laut ke barat daya, menjadikannya lokasi favorit untuk fotografer pre-wedding dan artistik.
Nama ‘Ujung’ berarti ‘ekstremitas’ dalam bahasa Indonesia, dan sering kali memudahkan penduduk setempat untuk menggambarkan lokasinya sebagai salah satu tempat bersejarah terbesar di pulau dan tempat-tempat menarik di bagian paling timur pulau.
Seluruh taman mencakup kira-kira 10Ha lahan yang terletak kira-kira 11km tenggara ibukota Karangasem, Amlapura. Yayasan-yayasan ini pertama kali didirikan pada tahun 1919, di bawah pemerintahan raja I Gusti Bagus Djelantik yang paling dikenal dengan gelar bangsawannya, ‘Agung Anglurah Ketut Karangasem’.
Kompleks ini mengalami serangkaian perluasan dan penambahan kolam di sekitar satu kolam yang ada yang tidak berfungsi sebagai tempat pemandian kerajaan, tetapi situs untuk menghukum pendukung terdakwa sihir hitam atau santet Bali yang dikenal sebagai ‘pangiwa’ dan ‘leyaks’.
Dikenal juga sebagai Kolam Dirah
Kolam ini dikenal sebagai ‘Kolam Dirah’ dan konon dibangun pada masa pemerintahan raja Karangasem sebelumnya, sejak tahun 1901. Kolam renang Dirah terletak di sudut tenggara tata letak saat ini, dan mengambil namanya dari ratu penyihir dari legenda Calonarang.
Dua kolam berikutnya dibangun di kolam renang Dirah, serta sejumlah paviliun istirahat, tempat meditasi raja, dan paviliun terapung Taman Gili. Kompleks tersebut kemudian bergeser tujuan untuk melayani sebagai retret dan tempat untuk menyambut tamu kehormatan pada kunjungan mereka ke kerajaan Karangasem.
Pada tahun 1921, selama pendudukan Belanda di Indonesia, Taman Ujung menjadi resmi terbuka untuk umum dan dikenal sebagai kompleks taman air kerajaan.