Liburan dengan anggaran terbatas memang bagi sebagian orang bukan menjadi masalah. Berbagai biaya ditekan sehingga bisa menghemat anggaran agar liburan tetap bisa terwujud.
Mungkin Anda sudah sangat familiar dengan istilah Backpacker. Istilah ini memang sangat familiar karena tak jarang ditemui pelancong yang menamakan dirinya Backpacker.
Sebenarnya apa sih Backpacker itu?
Backpacker sebenarnya sebutan bagi mereka yang pergi berlibur dengan menekan berbagai biaya. Sederhananya, para Backpacker akan pergi berlibur dengan mencoba menekan berbagai biaya seperti untuk tempat penginapan, transportasi hingga makanan.
Seseorang yang pergi dengan status Backpacker bukan berarti tidak membawa modal sama sekali atau tidak membawa modal perjalanan yang memadai. Backpacker tetap membawa modal, meskipun mencoba menekan anggaran yang ada. Namun, saat ini muncul istilah baru yang disebut Begpacker? Apa lagi itu Begpacker?
Fenomena turis yang mengemis di tempat wisata
Beberapa tahun terakhir, semakin banyak turis yang sebenarnya sedang berlibur tetapi kehabisan uang sehingga membuat turis tersebut mengemis, menjual sesuatu untuk mendapatkan uang di negara yang ia kunjungi. Fenomena ini juga terjadi di Indonesia dan banyak negara akhir-akhir ini.
Fenomena turis yang kehabisan ongkos dan akhirnya mengemis atau lainnya pun kini populer disebut ‘Begpacker’. Begpacker berasal dari Beg yang artinya mengemis dan Packer yang berasal dari Backpacker.
Istilah ini pun semakin populer lantaran semakin banyaknya kasus turis yang sedang berlibur kehabisan uang. Tentu saja ini tak dibenarkan, karena sejatinya adanya turis adalah untuk berlibur dan harus memiliki modal yang cukup, bukan malah mengemis di negara tujuan.
Di Indonesia misalnya, melihat turis asing atau bule mengemis – tak sedikit yang merasa iba dan akhirnya memberikan uang. Sebenarnya hal ini tak salah, tetapi kurang tepat dilakukan. Dengan pembiaran seperti ini, bukan tidak mungkin semakin banyak wisatawan asing yang ke Indonesia justru mengandalkan mengemis untuk mengais keuntungan alias berlibur tetapi membebankan orang lain.
Di negara lain, hal semacam ini juga terjadi tetapi Indonesia bisa mengambil contoh dari Thailand atau Hongkong untuk mengantisipasi terjadinya kembali hal seperti ini.
Thailand telah menerapkan aturan cukup ketat untuk wisatawan yang pergi kesana. Setidaknya pihak imigrasi meminta wisatawan yang akan pergi ke Thailand untuk menunjukkan uang yang dibawa guna mengantisipasi melakukan tindakan mengemis atau lainnya.
Hongkong bahkan menerapkan sanksi yang lebih tegas. Bagi siapa saja wisatawan yang tertangkap mengemis akan dikenakan denda hingga kurungan penjara 1 tahun.
Indonesia bisa belajar dari negara-negara ini untuk membuat para Begpacker jera.